Berita  

Demo Tolak Mobil Dinas di Timor Leste Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Polisi Timor Leste tembak gas air mata bubarkan demo ribuan mahasiswa tolak mobil dinas parlemen. Empat orang terluka, partai politik berbalik arah.
Polisi Timor Leste tembak gas air mata bubarkan demo ribuan mahasiswa tolak mobil dinas parlemen. Empat orang terluka, partai politik berbalik arah.

FAKTAWARGA – Polisi Timor Leste menembakkan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran yang memprotes rencana pengadaan mobil dinas baru bagi anggota parlemen. Kebijakan ini menuai kritik tajam di tengah kondisi ekonomi negara yang masih terpuruk.

Lebih dari 1.000 orang, sebagian besar mahasiswa, memadati area sekitar gedung Parlemen Nasional di Dili, Selasa (16/9/2025). Mereka mendesak pemerintah membatalkan rencana pembelian 65 unit mobil Toyota Prado yang telah disetujui sejak tahun lalu.

“Kami meminta anggota parlemen membatalkan keputusan pembelian mobil demi rakyat,” kata Leonito Carvalho, mahasiswa Universitas da Paz. “Jika tuntutan kami diabaikan, aksi ini akan terus berlanjut.”

Baca Juga: Warga Peniraman Keluhkan Debu Truk, Minta Pemerintah Turun Tangan

Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah ricuh setelah sekelompok massa melempari gedung parlemen dengan batu hingga merusak beberapa kendaraan. Polisi merespons dengan gas air mata. Sedikitnya empat demonstran terluka dan dilarikan ke fasilitas kesehatan, menurut laporan AFP.

Pejabat kepolisian Justino Menezes menyatakan pihaknya akan memanggil koordinator aksi untuk mempertanggungjawabkan kerusakan yang terjadi.

Menariknya, sejumlah partai yang sebelumnya mendukung anggaran pembelian mobil kini menarik dukungan. Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT), Partai Demokrat, dan Partai Perkaya Persatuan Nasional Putra-Putra Timor mengeluarkan pernyataan bersama yang menyebut rencana itu “tidak mencerminkan kepentingan rakyat.”

Sebagai negara termuda di Asia Tenggara, Timor Leste masih menghadapi tantangan besar seperti kemiskinan—dengan lebih dari 40% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan menurut Bank Dunia—tingginya angka pengangguran, kekurangan gizi, serta ketergantungan pada sektor minyak yang belum terdiversifikasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *