BMKG Prediksi Kemarau 2025 Datang Lebih Awal

adan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau tahun ini akan tiba lebih cepat di sejumlah daerah di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau tahun ini akan tiba lebih cepat di sejumlah daerah di Indonesia.

Faktawarga.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau tahun ini akan tiba lebih cepat di sejumlah daerah di Indonesia. Di mulai antara April hingga Mei 2025. Sedangkan puncak musim kering tersebut di prediksi terjadi pada bulan Juni hingga Juli 2025.

Pakar Klimatologi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM). Dr. Emilya Nurjani, menjelaskan bahwa perbedaan durasi musim kemarau antarwilayah di pengaruhi oleh pergerakan angin muson.

“Datangnya musim, baik hujan maupun kemarau, tidak selalu serentak di semua daerah. Begitu mulai terlihat, kita baru bisa memperkirakan kapan pastinya musim itu di mulai,” tutur Emilya.

Ia menambahkan, muson Asia biasanya menjadi penanda awal musim hujan, sementara muson Australia membawa musim kemarau. Namun, waktu kedatangan kedua muson ini dapat berbeda-beda tergantung wilayahnya.

Baca Juga: Harga Bawang di Pasar Rumput Masih Tinggi, HAP Capai 47%

Selain angin muson, beberapa faktor iklim global seperti El Nino, La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD), siklon tropis, osilasi. Hingga The Quasi-biennial Oscillation (QBO) juga dapat memengaruhi pola musim di Indonesia. Meski begitu, menurut Emilya, tahun ini dampak fenomena-fenomena global tersebut cenderung tidak terlalu signifikan.

Ia memprediksi, durasi musim kemarau tahun ini akan berlangsung mirip dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni sekitar 24 dasarian atau delapan bulan di beberapa wilayah.

Untuk itu, Emilya mengimbau masyarakat, terutama para petani, agar mulai menyesuaikan jenis tanaman yang di budidayakan, memilih varietas yang membutuhkan sedikit air serta masa tanam yang lebih pendek.

“Kolam retensi juga bisa menjadi pilihan untuk penyimpanan air, meskipun idealnya pengisian di lakukan saat musim hujan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Emilya juga menganjurkan agar masyarakat mulai memanfaatkan metode rainwater harvesting atau penampungan air hujan, mengingat dalam beberapa minggu terakhir hujan masih cukup sering turun. Langkah ini di harapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *