Faktawarga.com – Kontroversi soal meme mantan Presiden Jokowi dan Presiden Prabowo yang beredar di media sosial terus bergulir. Di tengah sorotan publik, suara pembelaan justru datang dari kalangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Politikus PDIP, Bonnie Triyana, menilai bahwa meme buatan mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu tak seharusnya dimaknai sebagai penghinaan. Menurutnya, karya visual tersebut adalah bentuk kritik yang membutuhkan kedewasaan dan kecerdasan untuk memahami maknanya.
“Ini bukan soal literal. Meme itu metafora. Ia mengajak kita berpikir, bukan marah,” kata Bonnie dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (11/5/2025).
Ia bahkan mengaitkan karya tersebut dengan mural legendaris di Tembok Berlin, yang menggambarkan ciuman antara Erich Honecker (pemimpin Jerman Timur) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet). Mural itu di kenal sebagai simbol satir dan kritik terhadap rezim yang berkuasa.
Baca Juga: Kebijakan Kirim Siswa ke Barak Militer, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Dilaporkan ke Komnas HAM
Bonnie menekankan bahwa suara mahasiswa harus di beri ruang dalam demokrasi. Ia mengajak semua pihak untuk membuka ruang diskusi alih-alih merespons karya seni dengan represif.
“Meme ini mungkin justru mengandung ajakan untuk bersatu sebagai bangsa. Seni bisa di tafsirkan beragam, jangan langsung di hakimi,” jelasnya.
Bonnie juga mendesak aparat kepolisian agar membebaskan sang mahasiswi. Ia berharap peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran bersama mengenai pentingnya menjaga kebebasan berekspresi dalam negara demokrasi.
“Biarkan dia belajar dari pengalamannya. Tapi kita juga mesti belajar, bahwa demokrasi butuh keberanian untuk mendengar kritik,” tegasnya.
Sebelumnya, Bareskrim Polri menangkap seorang mahasiswi berinisial SSS yang diduga menyebarkan meme Jokowi dan Prabowo tengah berciuman. Meme itu ramai di perbincangkan warganet sejak Rabu (7/5/2025) malam dan langsung memicu respons hukum dari aparat.




