Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menyayangkan pemerintah yang tidak melakukan pencadangan (back up) data di Pusat Data Nasional (PDN). Padahal, PDN menjadi pusat penyimpanan data-data kementerian dan lembaga negara.
Karena ketiadaan pencadangan itu, data yang di miliki kementerian/lembaga berpotensi hilang ketika terjadi serangan siber.
“Itulah masalahnya. Di dalam tata kelolanya itu pihak Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) tidak membuat keharusan untuk buat back up. Jadi menurut saya ini kekonyolan yang sangat luar biasa,” kata Sukamta Anggota Komisi I dalam diskusi daring, Sabtu (29/6/2024).
BACA JUGA: Windy PJ. Ketua TP PKK Kalbar Raih Penghargaan Tingkat Nasional
Menurut Sukamta, situasi ini di perparah dengan pemotongan anggaran kementerian/lembaga, sehingga masing-masing instansi tidak bisa membuat pusat data dan server sendiri. Dengan begitu, data hanya terpusat di PDN.
begitu, data hanya terpusat di PDN. “Ada kebijakan menyatukan (data) seluruh K/L (kementerian/lembaga). Kemudian kekonyolan berikutnya, anggaran di K/L dipotong sehingga mereka tidak boleh buat pusat data sendiri, tapi kemudian tidak ada backup dalam tata kelola yang dibuat oleh Kominfo,” ucap dia.
Adapun sejak di retas pada 20 Juni lalu, hingga kini sistem PDN belum pulih sepenuhnya. Peretasan tersebut mengakibatkan terganggunya sistem imigrasi hingga gangguan pada data sistem sejumlah instansi. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, peretasan PDN merupakan tanggung jawab semua pihak.
Ia meyakini suatu saat pelaku dari serangan PDN akan di temukan. Namun Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo) itu tak bisa memastikan kapan waktunya. Bobolnya PDN juga membuat pemerintah dicecar DPR RI.
Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid menilai bahwa ketiadaan cadangan data bukanlah masalah tata kelola, melainkan kebodohan.
“Kalau enggak ada back up, itu bukan tata kelola sih, Pak, kalau alasannya ini kan kita enggak hitung Surabaya, Batam, back up kan, karena cuma 2 persen, berarti itu bukan tata kelola, itu kebodohan saja sih, Pak,” tukas Meutya.




