Jakarta, 9 Mei 2025 – Kalangan pelaku usaha mengeluhkan dampak negatif dari banyaknya hari libur di bulan Mei 2025. Bulan ini memiliki tambahan 5 hari libur di luar jadwal normal, termasuk cuti bersama Waisak dan Kenaikan Isa Almasih, yang membuat hari kerja efektif berkurang drastis dari biasanya 25 hari menjadi hanya 15 hari gara-gara hari libur.
Dampak Liburan Panjang pada Produktivitas Bisnis
Nurjaman, Wakil Ketua Apindo DPI Jakarta, menyatakan kekhawatirannya atas penurunan produktivitas yang signifikan. “Dalam kondisi normal, perusahaan bisa memproduksi 10.000 kain per hari. Dengan berkurangnya 10 hari kerja, potensi kerugian mencapai 100.000 kain. Namun, biaya operasional seperti gaji karyawan tetap harus di bayar penuh,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sektor ritel dan manufaktur menjadi yang paling terdampak. Pedagang di Pasar Senen, misalnya, mengeluh sepinya pembeli pasca-Lebaran yang di perparah oleh libur panjang Mei 2025. “Kalau sudah begini, kami hanya bisa pasrah. Pahit manis harus di telan,” keluhnya.
baca juga: 12 dan 13 Mei Hari Libur Nasional, Nikmati Dua Kesempatan Long Weekend
Kekhawatiran lain adalah target pertumbuhan ekonomi 8% yang di tetapkan pemerintah. Nurjaman menegaskan bahwa pencapaian target tersebut membutuhkan sinergi semua pihak, termasuk hari kerja yang optimal. “Pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau pengusaha saja. Semua pemangku kepentingan harus mendukung, dan hari kerja yang cukup adalah faktor kunci,” tegasnya.
baca lagi: Gaji ke-13 PNS dan Pensiunan 2025: Jadwal Pencairan & Besaran Nominal
Sementara itu, pemerintah belum memberikan respons resmi terkait keluhan ini. Namun, kebijakan cuti bersama selama ini di maksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan mendorong sektor pariwisata.
Lebih jauh kondisi ini membuat target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% menjadi lebih sulit untuk dicapai. Padahal Presiden Subianto sudah memiliki target tinggi tersebut. “Pertumbuhan ekonomi nggak bisa pemerintah aja atau pengusaha aja, tapi harus semua stakeholder mendongkrak itu, pengusaha-pemerintah harus ikut dan itu semua sektor di tunjang juga oleh workday. Kalau workday kurang makanya sulit juga,” ujar Nurjaman.




